Kepedulian yang menjadikan seorang mahasiswa berbeda dan berharga
Kalau kita melihat sejarah, negara Indonesia berdiri karena ada rasa peduli dari berbagai kalangan. Kalangan muda dan tua, semua peduli atas penjajahan yang berlangsung di tanah Indonesia. Bung Karno, yang keturunan Raden, peduli dengan nasib saudara-saudaranya yang tertindas oleh penjajahan masa Belanda maupun Jepang. Banyak pejuang kemerdekaan datang dari keluarga yang mapan, bahkan bisa dibilang bangsawan. Sebenarnya hidup mereka sudah tidak terpengaruh oleh adanya penjajah. Mereka bangsawan toh tetap hidup enak, bisa sekolah dan mencari rizki yang layak. Apa jadinya jika dulu mereka memilih untuk menjadi apatis dan tidak peduli? Akan seperti apa bangsa ini? Tentu lebih mudah bagi mereka menjadi apatis, namun mereka tetap memilih jalan untuk peduli.
Kepedulian tidak hanya muncul dari mereka yang berada di dalam negeri. Bahkan mahasiswa yang berada di luar negeri memegang peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Indische Vereeniging atau biasa dikenal dengan Perhimpunan Hindia, yang kemudian diganti menjadi Perhimpunan Indonesia, merupakan perkumpulan pelajar dan mahasiswa yang berada di Belanda. Perhimpunan Indonesia (PI) ini lah yang menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia ingin dan layak untuk merdeka. Dari PI ini lahir pemikiran-pemikiran yang signifikan dan penting dalam memerdekakan Indonesia. Mereka berkontribusi besar untuk Indonesia. Siapakah mereka?
Siapakah Bung Hatta?
Siapakah Sutan Sjahrir?
Siapakah Soewardi Soerjaningrat?
Mereka waktu itu adalah pelajar atau mahasiswa, tidak beda jauh dengan kita. Mereka hidup dan belajar di Belanda, hampir sama sekali tidak terpengaruh dengan kondisi Indonesia pada waktu itu. Tapi apakah mereka tinggal diam? Tidak. Mereka bukan mahasiswa apatis. Sekali lagi, mereka memilih jalan untuk peduli.
Gerakan mahasiswa hari ini cenderung mengalami degradasi, bersifat individual, rentan kepentingan dan belum ada semangat kesatuan untuk saling menguatkan padahal begitu banyak permasalahan di negeri ini yang harus diselesaikan. Begitu banyak persoalan yang masih menunggu mahasiswa untuk mampu memberi solusi nyata. Begitu banyak kasus yang menuntut mahasiswa untuk turun sebagai sosial kontrol di masyarakat. Semakin hilangnya suara mahasiswa dan meredupnya aktivitas kemahasiswaan (di kampus kehutanan jelasss, haha) tentu menjadi alarm bagi kita mahasiswa untuk segera menyadari dan berbenah.
Seyogyanya, mahasiswa kembali mampu meneriakkan lantang suara kebenaran dan keadilan yang sangat sulit dicari. Mau untuk peduli dan melihat secara dalam kacamata yang lebih luas terhadap permasalahan yang terjadi ditengah kondisi negeri yang semakin jatuh dan terpuruk, dimana setiap sektor politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya yang merupakan sector penting pembangunan negeri masih banyak menyisakan permasalahan yang kompleks.
Berani?
0 Comments :
Posting Komentar