Rabu, 05 Februari 2014 0 Comments

Pohon Kemenyan : Upaya Rehabilitasi dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Gunung Merapi



   Pohon Kemeyan (Styrax benzoin dryander) adalah salah satu pohon yang tumbuh di kawasan gunung merapi. Pohon Kemenyan termasuk dalam Divisio Spermatophyta, sub Divisio Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Ebenales, Familia Styraceae, Genus Styrax, dan spesies Styrax benzoin dryander. Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia terutama sebagai bahan obat baik sebagai solusi untuk mengatasi penyakit dengan cara tradisional maupun industri, bahan campuran parfum dan wewangian, dan digunakan sebagai bahan batik. Selain itu, karena memiliki bau khas, biasanya kemenyan digunakan dalam ritual adat atau upacara tertentu. Tanaman kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, dan rehabilitasi lahan. Berdasarkan wawancara kam dengan warga setempat, masyarakat lereng gunung merapi tepatnya di dusun Tunggularum, Wonokerto,Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya menggunakan pohon kemenyan sebatas untuk kusen rumah. Banyak dari mereka belum mengetahui potensi lain yang bisa dimanfaatkan dari pohon kemenyan seperti getah dan biji/buahnya.
   “Kami belum begitu mengerti keunggulan pohon kemenyan, kami hanya menggunakan kayunya untuk kusen dan kayu bakar. Selain itu pohon kemenyan untuk dipanen kayunya butuh waktu 15 tahun, artinya 2x dari umur sengon. Otomatis kami lebih memilih kayu sengon,” kata bapak saridi warga dusun tunggularum.
    Pasca erupsi merapi 2010 keberadaan pohon kemenyan di kawasan lereng merapi jauh berkurang. Di dusun tunggularum hingga saat ini terdapat 8 pohon kemenyan yang umurnya kurang dari 15 tahun. Hal inilah yang kemudian menjadi perhatian bagi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Bekerjasama dengan Taman Nasional Gunung Merapi dan Masyarakat desa Wonokerto akhirnya muncul gerakan Merapi Hijau. Program ini diinisiasi oleh Bapak Joko Supriyadi, Sri Danarto dan Bapak Tomon Haryo W.
   “Gerakan Merapi Hijau merupakan upaya membangun sinergi, sinergi peran, sinergi kelembagaan dan sinergi alokasi sumberdaya melalui serangkaian program dan kegiatan konservasi dan rehabilitasi ekosistem Merapi,hal ini merupakan wujud kepedulian kita bersama akan pentingnya ekosistem di kawasan gunung merapi ini,” papar Joko Supriyadi.
    Upaya yang sudah dilakukan adalah kerjasama untuk membangun persemaian pohon kemenyan. Akhir November 2013 lalu, telah dibangun persemaian pohon kemenyan di daerah pekarangan warga. Sejumlah 3000 bibit terdiri dari 2 jenis yang dikembangkan yaitu dari biji kemenyan yang sudah diseleksi dan cabutan dari pohon kemenyan yang sudah ada sebelumnya. Sayangnya hingga februari ini tercatat sekitar 1500 bibit belum tumbuh optimal, sehingga yang siap digunakan adalah setengah dari bibit yang ada di persemaian tersebut. Persemaian ini masih menggunakan cara pengelolaan yang sederhana mulai dari pengairan, pemupukan dan perawatan bibitnya. Rencananya bibit yang tersedia dari persemaian tersebut akan ditanam sebagai upaya rehabilitasi lahan di kawasan lereng gunung merapi.
Menurut Joko Supriyadi, pohon kemenyan memiliki manfaat yang tidak hanya terletak pada kayunya saja, tetapi juga pada hasil getahnya yang harga jualnya bisa mencapai Rp. 500.000,00 per kilogramnya. Harapannya dengan adanya lahan yang ditanami pohon kemenyan selain untuk merehabilitasi lahan juga untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar.
      Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui dasar pemilihan jenis pohon Kemenyan dalam pelaksanaan rehabilitasi lahan di kawasan gunung merapi ini. Pohon Kemenyan memiliki karakteristik yang sesuai dengan keadaan ekologi kawasan merapi, selain itu pohon kemenyan juga akan memberikan dampak ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat dari hasil kayu dan getahnya.
     Saat ini tim fakultas kehutanan UGM dibantu dengan masyarakat dusun tunggularum masih terus mengembangkan persemaian pohon kemenyan tersebut. Fakultas Kehutanan UGM juga meneliti mengenai cara penyadapan getah pohon kemenyan yang paling baik, sehingga hasil getah yang diperoleh kualitasnya bagus. Program Gerakan Merapi hijau kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dan Masyarakat dusun Tunggularum dibantu dengan Taman Nasioanal Gunung Merapi melalui budidaya Pohon kemenyan ini diharapkan berhasil dan sukses sehingga kawasan gunung merapi yang rusak berat pasca erupsi 2010 dapat kembali hijau, dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya meningkat.

 
;